Kamis, 12 Mei 2016

EBOLA



BAB I PENDAHULUAN

Ebola saat ini merupakan salah satu penyakit akibat virus yang paling mematikan bagi manusia. Berikut beberapa hal terkait penyakit demam berdarh ebola, yang kami sarikan dari website WHO.
Penyakit ini berpotensi menyebar dan memiliki angka kematian tinggi (sekitar 90%). Kita mengenal beberapa nama dan istilah terkait penyakit ini.  Istilah virus Ebola pada awalnya berasal dari demam berdarah Ebola atau Ebola haemorrhagic fever, atau Ebola Virus Disease (EVD) sesuai dengan ICD-10. Virus Ebola juga disebut demam berdarah viral.
Berdasarkan sejarahnya, virus Ebola pertama kali muncul pada tahun 1976 di Zaire (Kongo) dan Sudan, dengan nama wabah Ebola demam hemorrhagic.  Strain virus Ebola di merupakan salah satu dengan tingkat fatalitas kasus tertinggi yaitu sekitar 90%. Berbagai faktor ditengarai menjadi penyebab penyebaran virus Ebola atau EBOV.
Terdapat beberapa cara penularan virus Ebola, antara lain melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, dan jaringan yang terinfeksi. Virus tersebut juga terjadi pada hewan liar yang terinfeksi sakit atau mati. Sementara  hewan yang bisa tertular yakni simpanse, gorila, monyet, kelelawar buah, dan  antelop hutan.
Berbagai hal penting yang harus diperhatikan terkait penyakit ebola (Sumber  WHO dan CDC), sebagai berikut:
  1. Penyakit Virus Ebola/Ebola Virus Disease (EVD), dikenal juga sebagai demam berdarah Ebola, merupakan penyakit mematikan pada manusia.
  2. Mempunya Attact rate hingga 90%.
  3. Wabah EVD terjadi terutama di desa-desa terpencil di Afrika Tengah dan Barat (dekat hutan  tropis).
  4. Virus ini ditularkan kepada manusia dari hewan liar dan menyebar dalam populasi manusia melalui penularan dari manusia ke manusia.
  5. Kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae dianggap host alami virus Ebola.
  6. Belum ditemukan   vaksin datau pengobatan khusus atau vaksin penyakit ini
Terdapat beberapa Genus Ebolavirus, diantaranya  1 dari 3 keluarga Filoviridae (Filovirus), bersama dengan genus Marburgvirus dan genus Cuevavirus.  Genus Ebolavirus terdiri 5 spesies yang berbeda, antara lain:
  1. Bundibugyo ebolavirus (BDBV)
  2. Zaire ebolavirus (EBOV)
  3. Reston ebolavirus (RESTV)
  4. Sudan ebolavirus (SUDV)
  5. Taï Forest ebolavirus (TAFV).
BDBV, EBOV, dan SUDV telah dikaitkan dengan wabah besar EVD di Afrika, sedangkan RESTV dan TAFV belum. Spesies RESTV, ditemukan di Filipina dan Republik Rakyat Cina, dapat menginfeksi manusia, namun sampai saat ini belum dilaporkan adanya penyakit atau kematian pada manusia dari spesies ini .
Penyakit Virus Ebola merupakan epidemi di Afrika Barat dan telah mempengaruhi enam negara yaitu Guinea, Liberia, Sierra Leone, Nigeria, Senegal dan Mali selama laporan periode. Pada 30 Desember 2014, total kumulatif 20.506 kasus dan 8.050 kematian dilaporkan. Sebanyak 830 kasus termasuk 495 kematian dilaporkan di antara petugas kesehatan.



BAB II PERMASALAHAN


Penyakit Virus Ebola merupakan epidemi di Afrika Barat dan telah mempengaruhi enam negara yaitu Guinea, Liberia, Sierra Leone, Nigeria, Senegal dan Mali selama laporan periode. Pada 30 Desember 2014, total kumulatif 20.506 kasus dan 8.050 kematian dilaporkan. Sebanyak 830 kasus termasuk 495 kematian dilaporkan di antara petugas kesehatan.

Guinea, Liberia dan Sierra Leone terus melaporkan kasus dan kematian. Epidemi secara luas tersebar di wilayah geografis yang luas dengan transmisi intens. Mali melaporkan 8 kasus termasuk 6 kematian dari dua kabupaten (Bamako ibukota dan Kaye) berikut lintas bor-der transmisi dari Guinea. Nigeria melaporkan 20 kasus termasuk 8 kematian dan Senegal 1 kasus dengan 0 kematian. Senegal dan Nigeria telah de-clared mengakhiri wabah Ebola pada 17 dan 20 Oktober 2014, masing-masing.
Wabah Ebola, yang tidak terkait dengan yang terjadi di Afrika Barat, dilaporkan dari DR Kongo pada tanggal 24 Agustus 2014. Sebanyak 66 kasus termasuk 8 kematian dilaporkan. Wabah itu dinyatakan lebih dari 21 November 2014
Wabah Penyakit Virus Ebola di Afrika Barat dimulai pada Maret di Guinea dan menyebar ke tujuh negara lainnya (lima di Africa, Amerika Serikat dan Spanyol). Untuk mengendalikan dan menghentikan transmisi EVD (Ebola Virus Diseases) di negara-negara yang terkena dampak dan mencegah penyebarannya di dalam dan di luar Kawasan Afrika, otoritas nasional, dengan dukungan WHO dan mitra lainnya mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan IHR (2005). Ini termasuk: acti-elevasi nasional, komite provinsi dan manajemen darurat kabupaten untuk mengkoordinasikan respon; penyebaran tim multidisiplin ahli; penyediaan dukungan logistik wabah; peningkatan kapasitas petugas kesehatan dan masyarakat; dan penyediaan dukungan keuangan.

Ebola adalah penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus dan menyebar melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh penderita seperti urin, tinja, air liur, serta air mani. Dalam hal ini, ‘kontak langsung’ berarti darah atau cairan tubuh lain seperti air liur atau ingus penderita yang langsung menyentuh hidung, mata, mulut, atau luka seseorang yang terbuka.
Kelompok orang yang berisiko tinggi tertular virus ini umumnya adalah keluarga yang tinggal serumah dengan penderita atau orang yang merawat penderita seperti petugas medis. Jika ada anggota keluarga Anda yang diduga menderita Ebola, Anda sebaiknya tidak merawatnya sendiri di rumah dan segera membawanya ke rumah sakit. Selama dirawat, penderita Ebola akan menjalani pemantauan secara ketat dan pemeriksaan laboratorium secara rutin karena mereka tetap dapat menularkan penyakit ini selama darah dan cairan tubuhnya masih mengandung virus.
Lingkungan sekitar yang terkontaminasi virus Ebola juga berisiko menularkan penyakit ini. Misalnya, pakaian, seprai, dan jarum suntik bekas penderita. Karena itu, petugas medis yang merawat penderita Ebola perlu meningkatkan kewaspadaan dan memaksimalisasi perlindungan yang digunakan.
Virus Ebola dapat bertahan di luar tubuh, termasuk pada kulit penderita. Oleh sebab itu, tradisi pemakaman yang mengharuskan keluarga atau teman dekat untuk memandikan jenazah juga berpotensi menularkan virus Ebola. Keluarga dan petugas medis disarankan untuk menangani jenazah penderita Ebola dengan perlindungan maksimal. Proses pemakaman sebaiknya diserahkan kepada pihak yang terlatih dalam menangani kasus sejenis ini.
Tidak seperti pada kasus flu atau cacar air ketika air liur yang di udara dapat menularkan virus ke orang lain, cairan tubuh penderita Ebola perlu kontak langsung untuk menular. Tetesan air liur atau ingus penderita Ebola yang tidak sengaja bersin atau batuk hanya dapat menularkan virus jika terkena hidung, mata, mulut, serta luka terbuka seseorang. Oleh karena itu, penularan Ebola melalui batuk atau bersin tidak umum terjadi.
Walau jarang, penularan Ebola juga dapat terjadi di tempat-tempat umum selain di rumah sakit seperti bandara, restoran, sekolah, serta kantor.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Ebola

  Ebola adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus ebola. Penyakit ini dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima macam genus virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV), REstin Ebolavirus, Sudan Ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavius, dan Tai Forest Virus (TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus (CIEBOV).
            Ebolavirus adalah salah satu virus dari sekitar 30 virus yang diketahui menyebabkan sindrom demam berdarah (hemorrhagic fever syndrome). Penyakit ini pertama kali ditemukan di Sudan pada tahun 1976. Virus jenis Sudan, Zaire, dan Ivory Coast berasal dari simpanse di Afrika sedangkan reston dari Asia Tenggara. Reston ebolavirus pertama kali ditemukan di laboratorium penelitan HIV/AIDS di Virginia, Amerika Serikat pada kera berekor panjang (Macaca Fascicularis) yang diimpor dari Filipina. Penyakit ini tidak menyerang pekerja laboratorium walaupun ditemukan virus dalam drah mereka

2.2 Gejala Ebola

            Masa inkubasi, yaitu jarak waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga muncul gejala pertama, masa Inkubasi penyakit Ebola adalah sekitar 2-21 hari. Tetapi penderita Ebola tidak menularkan virus sebelum menunjukkan gejala. Penularan virus Ebola hanya akan mulai terjadi pada saat gejala muncul. Gejala-gejala awal yang mengindikasi penyakit ini antara lain :
a.    Serangan demam yang datang secara tiba-tiba
b.    Sakit kepala
c.    Merasa sangat lemah
d.    Nyeri pada otot dan sendi
e.    Sakit tenggorokan
Setelah gejal-gejala diatas, akan muncul gejala lanjutan yang meliputi :
a.    Muntah
b.    Ruam-ruam
c.    Gangguan fungsi hati dan ginjal
d.    Pendarahan dalam tubuh yang terkadang juga keluar melalui mulut, hidung mata, atau telinga.
Virus Ebola dapat menyebar dengan cepat dan sangat mematikan, jadi hindarilah kontak langsung dengan penderita. Jika anda menduga anda atau ada anggota keluarga anda tertular virus Ebola, segera emui dokter untuk menjalani pemeriksaan.

2.3 Diagnosis

Diagnosis berdasarkan riwayat penularan antar manusia dan juga mungkin ada penularan dari hewan kemanusia, dalam hal ini ada kontak fisik dengan kera, simpanse atau kelelawar hidup maupun mati dan pernah makan daging kera/simpanse.
Diagnosis pasti dijumpai virus Ebola dalam darah atau dalam cairan tubuh lainnya. Mengambil darah dari tubuh pasien penderita demam Ebola harus berhati-hati karena dapat memicu pendarahan yang tidak terkontrol. Morbidity atau angka kesakitan rendah, tetapi mortality atau angka kematian sangat tinggi.
            Secara umum, ada 3 dasar klinis yang mendorong kecurigaan seseorang menderita Ebola. Tiga dasar itu adalah :
a.    Gejala keluhan :
-demam
-nyeri otot
-muntah dan diare
-manifestasi perdarahan
-gejala cepat memburuk
b.    Riwayat kontak dengan pasien Ebola, dan atau kunjungan ke Negara terjangkit.
c.    bila pada dua keadaan diatas tidak ada diagnosis lain, atau terdapat FUO (fever of unknown origin),  maka tentu kecurigaan terhadap Ebola jadi makin perlu ditingkatkan.
            Ada enam cara ilmiah untuk mengidentifikasi virus Ebola, adapun jenis spesiesnya, yaitu :
a.    antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
b.    Antigen detection test
c.    Aerum neutralization test
d.    Reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay
e.    Electron microscopy
f.     Evirus isolation dengan cell culture

Untuk Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) sudah menyiapkan laboratoriumnya untuk dapat memeriksa Ebola, kalau nantinya memang diperlukan. Identifikasi virus Ebola akan menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) di laboratorium BSL (Biology Safety Level) 3 yang ada di badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, yang lengkap alat, petugas serta prosedurnya. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementerian Kesehatan mengembangkan Standar Operational Procedure (SOP) pengambilan specimen yang aman di lapangan. Specimen yang diperlukan adalah darah yang dimasukkan ke dalam vacutainer dengan tutup berwarna unggu atau kuning. Vacutainer langsung di kirim ke laboratorium pemeriksa di Balitbangkes Kementerian Kesehtana Republik Indonesia. Vacutainer tidak boleh terbuat dari kaca supya tidak mudah pecah. Pengeriman specimen ini dengan wadah tiga lapis dan tahan banting. Lalu specimen di kirimkan dengan dilengkapi kuesioner yang sudah dibuat. Specimen yang sampai di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan akan dimasukkan ke Laboratorium BSL 3 untuk selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan PCR menggunakan primer spesifik. Pemeriksaan dilakukan dengan alat pelinfung diri sesuai dengan standard Biology Safety Level (BSL4).

2.4 Etiologi penyakit Ebola

Demam Berdarah Ebola (Demam Hemorrhagic) adalah penyakit disebabkan oleh suatu virus yang termasuk kedalam keluarga Filoviridae. Para ilmuwan sudah mengidentifikasi empat jenis virus Ebola. Tiga telah dilaporkan dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu virus Ebola Zaire, virus Ebola Sudan, dan virus Ebola Ivory. Virus-virus ini telah menyebabkan penyakit pada manusia di negara-negara Afrika. Jenis keempat dari virus Ebola ini yaitu virus Ebola Reston, yang ditemukan Reston, Virginia Amerika Serikat. Ternyata virus ini tidak menyebabkan penyakit pada manusia. Subtipe ini ditemukan pada sejenis monyet macaca yang didatangkan dari Filipina.
Virus Ebola termasuk kedalam genus Ebolavirus, familia Filoviridae yang merupakan salah satu daripada dua kumpulan virus RNA benang-negatif. Virus Filo mempunyai bentuk biologi seperti morfologi, kepadatan, dan profile elektrophoresis gel polyacrylamide. Virus ini telah dikelaskan kepada virus paramyxo dengan menggunakan kaedah urutan DNA. Familia Filoviridae memiliki garis tengah 800 nm, dan pajang mecapai 1000 nm.
Virus Ebola mengandung molekul lurus, bebenang RNA negatif, yang tidak bersendi. Semua genome virus Filo mempunyai ciri-ciri serupa, dan mempunyai banyak sisa adenosine dan uridine. Gen virus Ebola mengandung transkrip urutan tetap pada 3′ dan transkrip urutan terakhir pada 5′. Perbedaan di antara virus Ebola dan virus Marburg adalah, virus Ebola menunjukkan tiga penumpukan yang berselang di antara turutan antara-gen (intergenetic) sementara virus Marburg hanya mempunyai satu penumpukan yang kedudukannya berbeda dengan virus Ebola. Virus Filo secara morfologi menyerupai bentuk virus rhabdo, akan tetapi virus Filo mempunyai ukuran yang lebih panjang. Apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, bentuk virus Filo seperti berfilament (berbenang halus), atau kelihatan bercabang. Terdapat juga virus yang berbentuk "U", "b" dan berbentuk bundar.
Virus Ebola terdiri dari tujuh polypeptida diantaranya RNA genome ca. 19.0 kb, yang mencakup Glycoprotein (GP), Nucleoprotein (NP), RNA-DEPENDENT RNA Polymerase (L), VP35, VP30, VP40, dan VP24.

2.5 Pencegahan Penyebaran Virus Ebola

            Penularan awal virus Ebola adalah melalui kontak dengan hewan terinfeksi yang penyebarannya terjadi secara langsung dengan penderita. Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk mencegah dan membatasi penyebaran virus tersebut :
a.    Mencari tahu tentang virus Ebola sebanyak-banyaknya.
b.    Jika ada anggota keluarga atau orang di sekitar Anda yang mungkin tertular Ebola, segera bawa mereka untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit.
c.    Saat menjunguk penderita di rumah sakit atau berada di sekitar penderita, gunakanlah perlindungan seaman mungkin. Misalnnya dengan mengenakan masker, sarung tangan, serta pakaian dan kacamata pelindung.
d.    Selalu mencuci tangan, terutama setelah terjadi kontak langsung dengan kulit pasien. Termasuk juga dengan darah, cairan tubuh, dan benda-benda di sekitar pasien.
e.    Jenazah penderita Ebola harus ditangani dengan perlindungan maksimal dan oleh pihak yang terlatih dalam menangani kasus sejenis ini.
f.     Hindari bepergian ke daerah dengan kasus Ebola yang tinggi seperti Afrika Barat.
g.    Jika anda berasa di daerah yang beresiko menularkan Ebola, hindari kontak dengan hewan-hewan yang berpotensi menularkannya. Misalnnya kelelawar pemakan buah atau codot serta monyet.
h.    Memasak daging hewan sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi
Khusus untuk petugas medis, ada beberapa langkah pencegahan yang sebaiknnya diambil untuk meminimalisasi resiko tertular Ebola. Antara lain :
a.    Berhati-hati saat menangani darah, cairan tubuh, kateter, serta saat memasang infuse pasien.
b.    Gunakanlah perlindungan secara maksimal, misalnnya dengan mengenakan masker, sarung tangan, serta baju dan kacamata pelindung.
c.    Senantiasa mencuci tangan, terutama setelah terjadi kontak langsung dengan kulit pasien. Termasuk darah, cairan tubuh, dan benda-benda di sekitar pasien.
d.    Sterilkan peralatan medis sebelum gunakan kembali.
e.    Buang peralatan medis sebelum digunakan kembali.
f.     Buang peralatan medis sekali pakai, misalnya alat suntik, secara hati-hati.
g.    Mengisolasi pasien Ebola atau yang diduga menderitaEbola diruangan khusus dan membatasi jumlah pengunjung seminimal mungkin

2.6 Cara Pengobatan

Dalam pengobatan pada gejala penyakit ebola ini sebenarnya belum ada obat yang 100% dapat menyembuhkan dengan total, pengobatan yang dilakukan biasanya hanya dengan antivirus untuk melawan virus menyerang semakin banyak. Penderita biasanya dirawat di rumah sakit secara intensif dengan obat-obatan yang membantunya untuk menjaga kondisi tubuh agar masih bisa bertahan dalam melawan virus tersebut. Pendarahan yang sering terjadi pada penyakit ini, biasanya penderita akan memerlukan tranfusi darah untuk mengganti darah yang sudah keluar. Karena penyebaran yang cukup cepat seperti hanya dengan sentuhan kulit, maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah sebisa mungkin untuk tidak kontak secara langsung dengan penderita, dan jika ada keluarga menderita penyakit ini sebaiknya dilakukan perawatan di rumah sakit untuk meminimalisir angka penularan yang terjadi. Dan jika menemukan korban yang meninggal akibat penyakit ini, diusahakan untuk tidak terjadi kontak secara langsung. Dan selalu menjaga kesehatan untuk meningkatan selalu sistem kekebalan tubuh untuk menjaga tubuh dari serangan virus dan bakteri akibat penyakit.
Penderita penyakit virus Ebola beratmembutuhkan perawatan intensif. Biasanya pasien mengalami dehidrasi dan membutuhkan cairan infus atau oralit yang mengandung elektrolit. Saat ini belum ada obat untuk penyakit virus Ebola. Beberapa pasien sembuh dengan penanganan dan perawatan medis yang tepat. Untuk membantu mengendalikan penyebaran infeksi penyakit virus Ebola, pasien terduga atau terkonfirmasi virus Ebola perlu dirawat di ruang isolasi dan fasilitas kesehatan wajib menerapkan tindakan pengendalian infeksi ketat.

2.7 Rehabilitasi

Rehabilitasi bagi mantan penderita akibat terinfeksi virus Ebola bisa dilakukan dengan tidak mengasingkan para penderita. Karena menurut para ahli, sebagian besar kematian yang disebabkan oleh virus Ebola di sebabkan oleh adanya tekana secara psikologis. Apabila kita mengasingkan dan menjauhi para penderita atau mantan penderita virus Ebola, justru hal ini akan semakin memperburuk kondisi kesehatan penderita tersebut. Untuk itulah diperlukan upaya rehabilitasi yang intensif terhadap para penderita virus Ebola agar kondisi fisik dan psikologisnya tetap stabil, sehingga akan memberikan motivasi kepada pasien tersebut untuk secepatnya bisa sembuh dari penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola. Akan tetapi, proses rehabilitasi ini tentunya harus dilakukan secara hati-hati dan lebih waspada, mengingat virus Ebola bisa menular dengan sangat cepat dari penderita kepada orang lain melalui kontak. Rehabilitasi juga sebaiknya dilakukan di tempat yang benar-benar steril, atau pada ruang isolasi khusus sehingga bisa mengurangi kontaminasi yang bisa disebabkan oleh virus Ebola.

2.8 Prognosis

            Ebola hemorrhagic demam adalah penyakit yang mematikan. Rentang waktu dari onset gejala sampai pasien meninggal adalah biasanya antara 2 sampai 21 hari. Pada minggu kedua infeksi, pasien demamnya akan berkurang atau mengalami kegagalan sistemik multiorgan. Tingkat kematian biasanya tinggi, dengan tingkat fatalitas kasus manusia yang berkisar 50-90%, tergantung pada spesies atau strain virus. Penyebab kematian ini biasanya disebabkan oleh kegagalan multiorgan atau shock hypovolemic.














BAB IV KESIMPULAN


4.1 Kesimpulan

               
Ebola adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus ebola. Penyakit ini dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima macam genus virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV), REstin Ebolavirus, Sudan Ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavius, dan Tai Forest Virus (TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus (CIEBOV).
            Dalam pengobatan pada gejala penyakit ebola ini sebenarnya belum ada obat yang 100% dapat menyembuhkan dengan total, pengobatan yang dilakukan biasanya hanya dengan antivirus untuk melawan virus menyerang semakin banyak. Penderita biasanya dirawat di rumah sakit secara intensif dengan obat-obatan yang membantunya untuk menjaga kondisi tubuh agar masih bisa bertahan dalam melawan virus tersebut.

 

 

 

 



 



DAFTAR PUSTAKA




Saha, Amit. Ebola Fever Outbreaks, Impact of Deforestation on Disease Incidence, Interdisciplinary Disease Education. The Journal Of Global Health. Fall 2013. PDF





Gatherer, Derek . The 2014 Ebola virus disease outbreak in West Africa. Division of Biomedical & Life Sciences, Faculty of Health & Medicine, Lancaster University, Lancaster LA1 4YQ, UK. Journal of General Virology (2014), 95, 1619–1624.


SATYANAND TYAGI, SACHIN KUMAR AND MOHIT SINGLA. CLI_ICAL ASPECTS OF EBOLA HEMORRHAGIC FEVER: A REVIEW. K._.G.D Modi Institute of Pharmaceutical Education & Research, Modinagar, Uttar Pradesh, India. International Journal of Pharma and Bio Sciences.  Vol.1/Issue-3/Jul-Sep.2010. PDF

Prof dr Yoga, Tjandra Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE. EBOLA. Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Edisi II. 2014


Prof dr Yoga, Tjandra Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE. EBOLA. Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2014


Cole, Ernst. EBOLA MANUFACTURED THREAT. 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar