BAB I PENDAHULUAN
Ebola saat ini merupakan salah satu penyakit akibat virus
yang paling mematikan bagi manusia. Berikut beberapa hal terkait penyakit demam
berdarh ebola, yang kami sarikan dari website WHO.
Penyakit ini berpotensi menyebar dan memiliki angka
kematian tinggi (sekitar 90%). Kita mengenal beberapa nama dan istilah terkait
penyakit ini. Istilah virus Ebola pada awalnya berasal dari demam
berdarah Ebola atau Ebola haemorrhagic fever, atau Ebola Virus Disease (EVD)
sesuai dengan ICD-10. Virus Ebola juga disebut demam berdarah viral.
Berdasarkan sejarahnya, virus Ebola pertama kali muncul
pada tahun 1976 di Zaire (Kongo) dan Sudan, dengan nama wabah Ebola demam hemorrhagic.
Strain virus Ebola di merupakan salah satu dengan tingkat fatalitas kasus
tertinggi yaitu sekitar 90%. Berbagai faktor ditengarai menjadi penyebab penyebaran virus Ebola atau EBOV.
Terdapat beberapa cara penularan virus Ebola, antara lain
melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, dan jaringan yang
terinfeksi. Virus tersebut juga terjadi pada hewan liar yang terinfeksi sakit
atau mati. Sementara hewan yang bisa tertular yakni simpanse, gorila,
monyet, kelelawar buah, dan antelop hutan.
Berbagai hal penting yang harus diperhatikan terkait
penyakit ebola (Sumber WHO dan CDC), sebagai berikut:
- Penyakit Virus Ebola/Ebola Virus Disease (EVD), dikenal juga sebagai demam berdarah Ebola, merupakan penyakit mematikan pada manusia.
- Mempunya Attact rate hingga 90%.
- Wabah EVD terjadi terutama di desa-desa terpencil di Afrika Tengah dan Barat (dekat hutan tropis).
- Virus ini ditularkan kepada manusia dari hewan liar dan menyebar dalam populasi manusia melalui penularan dari manusia ke manusia.
- Kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae dianggap host alami virus Ebola.
- Belum ditemukan vaksin datau pengobatan khusus atau vaksin penyakit ini
Terdapat beberapa Genus Ebolavirus, diantaranya 1
dari 3 keluarga Filoviridae (Filovirus), bersama dengan genus Marburgvirus dan
genus Cuevavirus. Genus Ebolavirus terdiri 5 spesies yang berbeda, antara
lain:
- Bundibugyo ebolavirus (BDBV)
- Zaire ebolavirus (EBOV)
- Reston ebolavirus (RESTV)
- Sudan ebolavirus (SUDV)
- Taï Forest ebolavirus (TAFV).
BDBV, EBOV, dan SUDV telah dikaitkan dengan wabah besar
EVD di Afrika, sedangkan RESTV dan TAFV belum. Spesies RESTV, ditemukan di
Filipina dan Republik Rakyat Cina, dapat menginfeksi manusia, namun sampai saat
ini belum dilaporkan adanya penyakit atau kematian pada manusia dari spesies
ini .
Penyakit Virus Ebola
merupakan epidemi di Afrika Barat
dan telah mempengaruhi enam negara yaitu
Guinea, Liberia, Sierra
Leone, Nigeria, Senegal
dan Mali selama
laporan periode. Pada 30 Desember
2014, total kumulatif 20.506 kasus dan 8.050 kematian dilaporkan. Sebanyak 830 kasus
termasuk 495 kematian
dilaporkan di antara petugas kesehatan.
BAB II PERMASALAHAN
Penyakit Virus Ebola
merupakan epidemi di Afrika Barat
dan telah mempengaruhi enam negara yaitu
Guinea, Liberia, Sierra
Leone, Nigeria, Senegal
dan Mali selama
laporan periode. Pada 30 Desember
2014, total kumulatif 20.506 kasus dan 8.050 kematian dilaporkan. Sebanyak 830 kasus
termasuk 495 kematian
dilaporkan di antara petugas kesehatan.
Guinea, Liberia dan
Sierra Leone terus
melaporkan kasus dan kematian. Epidemi
secara luas tersebar di wilayah geografis yang luas dengan transmisi intens. Mali melaporkan 8
kasus termasuk 6 kematian dari dua
kabupaten (Bamako ibukota dan Kaye) berikut
lintas bor-der
transmisi dari Guinea. Nigeria melaporkan 20
kasus termasuk 8 kematian dan Senegal
1 kasus dengan 0
kematian. Senegal dan Nigeria telah de-clared mengakhiri wabah
Ebola pada 17 dan 20 Oktober 2014, masing-masing.
Wabah Ebola, yang tidak
terkait dengan yang terjadi
di Afrika Barat, dilaporkan dari DR Kongo pada tanggal
24 Agustus 2014. Sebanyak 66 kasus termasuk
8 kematian dilaporkan. Wabah itu dinyatakan lebih
dari 21 November
2014
Wabah Penyakit Virus Ebola di Afrika Barat dimulai pada Maret di Guinea
dan menyebar ke tujuh
negara lainnya (lima di Africa, Amerika
Serikat dan Spanyol). Untuk
mengendalikan dan menghentikan
transmisi EVD (Ebola
Virus Diseases) di
negara-negara yang terkena dampak dan mencegah penyebarannya di dalam dan di luar Kawasan Afrika,
otoritas nasional, dengan dukungan
WHO dan mitra
lainnya mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan IHR (2005).
Ini termasuk: acti-elevasi nasional, komite
provinsi dan manajemen darurat kabupaten untuk
mengkoordinasikan respon; penyebaran
tim multidisiplin ahli; penyediaan dukungan logistik
wabah; peningkatan kapasitas petugas kesehatan dan masyarakat; dan penyediaan dukungan keuangan.
Ebola adalah penyakit mematikan yang disebabkan oleh
virus dan menyebar melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh
penderita seperti urin, tinja, air liur, serta air mani. Dalam hal ini, ‘kontak
langsung’ berarti darah atau cairan tubuh lain seperti air liur atau ingus
penderita yang langsung menyentuh hidung, mata, mulut, atau luka seseorang yang
terbuka.
Kelompok orang yang berisiko tinggi tertular virus ini
umumnya adalah keluarga yang tinggal serumah dengan penderita atau orang yang
merawat penderita seperti petugas medis. Jika ada anggota keluarga Anda yang
diduga menderita Ebola, Anda sebaiknya tidak merawatnya sendiri di rumah dan
segera membawanya ke rumah sakit. Selama dirawat, penderita Ebola akan
menjalani pemantauan secara ketat dan pemeriksaan laboratorium secara rutin
karena mereka tetap dapat menularkan penyakit ini selama darah dan cairan
tubuhnya masih mengandung virus.
Lingkungan sekitar yang terkontaminasi virus Ebola juga
berisiko menularkan penyakit ini. Misalnya, pakaian, seprai, dan jarum suntik
bekas penderita. Karena itu, petugas medis yang merawat penderita Ebola perlu
meningkatkan kewaspadaan dan memaksimalisasi perlindungan yang digunakan.
Virus Ebola dapat bertahan di luar tubuh, termasuk pada
kulit penderita. Oleh sebab itu, tradisi pemakaman yang mengharuskan keluarga
atau teman dekat untuk memandikan jenazah juga berpotensi menularkan virus
Ebola. Keluarga dan petugas medis disarankan untuk menangani jenazah penderita
Ebola dengan perlindungan maksimal. Proses pemakaman sebaiknya diserahkan
kepada pihak yang terlatih dalam menangani kasus sejenis ini.
Tidak seperti pada kasus flu atau cacar air ketika air
liur yang di udara dapat menularkan virus ke orang lain, cairan tubuh penderita
Ebola perlu kontak langsung untuk menular. Tetesan air liur atau ingus
penderita Ebola yang tidak sengaja bersin atau batuk hanya dapat menularkan
virus jika terkena hidung, mata, mulut, serta luka terbuka seseorang. Oleh
karena itu, penularan Ebola melalui batuk atau bersin tidak umum terjadi.
Walau jarang, penularan Ebola juga dapat terjadi di tempat-tempat
umum selain di rumah sakit seperti bandara, restoran, sekolah, serta kantor.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ebola
Ebola adalah penyakit infeksi virus
yang disebabkan oleh virus ebola. Penyakit ini dikenal dengan Ebola Virus
Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF). Terdapat lima macam genus
virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo ebolavirus (BDBV), REstin
Ebolavirus, Sudan Ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavius, dan Tai Forest Virus
(TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus (CIEBOV).
Ebolavirus adalah salah satu virus
dari sekitar 30 virus yang diketahui menyebabkan sindrom demam berdarah
(hemorrhagic fever syndrome). Penyakit ini pertama kali ditemukan di Sudan pada
tahun 1976. Virus jenis Sudan, Zaire, dan Ivory Coast berasal dari simpanse di
Afrika sedangkan reston dari Asia Tenggara. Reston ebolavirus pertama kali
ditemukan di laboratorium penelitan HIV/AIDS di Virginia, Amerika Serikat pada
kera berekor panjang (Macaca Fascicularis) yang diimpor dari Filipina. Penyakit
ini tidak menyerang pekerja laboratorium walaupun ditemukan virus dalam drah
mereka
2.2 Gejala Ebola
Masa inkubasi, yaitu jarak waktu
antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga muncul gejala pertama, masa
Inkubasi penyakit Ebola adalah sekitar 2-21 hari. Tetapi penderita Ebola tidak
menularkan virus sebelum menunjukkan gejala. Penularan virus Ebola hanya akan
mulai terjadi pada saat gejala muncul. Gejala-gejala awal yang mengindikasi
penyakit ini antara lain :
a.
Serangan demam
yang datang secara tiba-tiba
b.
Sakit kepala
c.
Merasa sangat
lemah
d.
Nyeri pada
otot dan sendi
e.
Sakit
tenggorokan
Setelah
gejal-gejala diatas, akan muncul gejala lanjutan yang meliputi :
a.
Muntah
b.
Ruam-ruam
c.
Gangguan
fungsi hati dan ginjal
d.
Pendarahan
dalam tubuh yang terkadang juga keluar melalui mulut, hidung mata, atau
telinga.
Virus
Ebola dapat menyebar dengan cepat dan sangat mematikan, jadi hindarilah kontak
langsung dengan penderita. Jika anda menduga anda atau ada anggota keluarga
anda tertular virus Ebola, segera emui dokter untuk menjalani pemeriksaan.
2.3 Diagnosis
Diagnosis
berdasarkan riwayat penularan antar manusia dan juga mungkin ada penularan dari
hewan kemanusia, dalam hal ini ada kontak fisik dengan kera, simpanse atau
kelelawar hidup maupun mati dan pernah makan daging kera/simpanse.
Diagnosis
pasti dijumpai virus Ebola dalam darah atau dalam cairan tubuh lainnya.
Mengambil darah dari tubuh pasien penderita demam Ebola harus berhati-hati
karena dapat memicu pendarahan yang tidak terkontrol. Morbidity atau angka
kesakitan rendah, tetapi mortality atau angka kematian sangat tinggi.
Secara umum, ada 3 dasar klinis yang
mendorong kecurigaan seseorang menderita Ebola. Tiga dasar itu adalah :
a.
Gejala keluhan
:
-demam
-nyeri
otot
-muntah
dan diare
-manifestasi
perdarahan
-gejala
cepat memburuk
b.
Riwayat kontak
dengan pasien Ebola, dan atau kunjungan ke Negara terjangkit.
c.
bila pada dua
keadaan diatas tidak ada diagnosis lain, atau terdapat FUO (fever of unknown
origin), maka tentu kecurigaan terhadap
Ebola jadi makin perlu ditingkatkan.
Ada enam cara ilmiah untuk
mengidentifikasi virus Ebola, adapun jenis spesiesnya, yaitu :
a.
antibody-capture
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
b.
Antigen
detection test
c.
Aerum
neutralization test
d.
Reverse
transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) assay
e.
Electron
microscopy
f.
Evirus
isolation dengan cell culture
Untuk
Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) sudah
menyiapkan laboratoriumnya untuk dapat memeriksa Ebola, kalau nantinya memang
diperlukan. Identifikasi virus Ebola akan menggunakan metode PCR (Polymerase
Chain Reaction) di laboratorium BSL (Biology Safety Level) 3 yang ada di badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, yang lengkap alat, petugas serta
prosedurnya. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementerian Kesehatan
mengembangkan Standar Operational Procedure (SOP) pengambilan specimen yang
aman di lapangan. Specimen yang diperlukan adalah darah yang dimasukkan ke
dalam vacutainer dengan tutup berwarna unggu atau kuning. Vacutainer langsung
di kirim ke laboratorium pemeriksa di Balitbangkes Kementerian Kesehtana
Republik Indonesia. Vacutainer tidak boleh terbuat dari kaca supya tidak mudah
pecah. Pengeriman specimen ini dengan wadah tiga lapis dan tahan banting. Lalu
specimen di kirimkan dengan dilengkapi kuesioner yang sudah dibuat. Specimen
yang sampai di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan akan dimasukkan ke
Laboratorium BSL 3 untuk selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan PCR menggunakan
primer spesifik. Pemeriksaan dilakukan dengan alat pelinfung diri sesuai dengan
standard Biology Safety Level (BSL4).
2.4 Etiologi penyakit Ebola
Demam Berdarah Ebola (Demam Hemorrhagic) adalah penyakit
disebabkan oleh suatu virus yang termasuk kedalam keluarga Filoviridae. Para
ilmuwan sudah mengidentifikasi empat jenis virus Ebola. Tiga telah dilaporkan
dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu virus Ebola Zaire, virus Ebola
Sudan, dan virus Ebola Ivory. Virus-virus ini telah menyebabkan penyakit pada
manusia di negara-negara Afrika. Jenis keempat dari virus Ebola ini yaitu virus
Ebola Reston, yang ditemukan Reston, Virginia Amerika Serikat. Ternyata virus
ini tidak menyebabkan penyakit pada manusia. Subtipe ini ditemukan pada sejenis
monyet macaca yang didatangkan dari Filipina.
Virus Ebola termasuk kedalam genus Ebolavirus, familia
Filoviridae yang merupakan salah satu daripada dua kumpulan virus RNA
benang-negatif. Virus Filo mempunyai bentuk biologi seperti morfologi,
kepadatan, dan profile elektrophoresis gel polyacrylamide. Virus ini telah
dikelaskan kepada virus paramyxo dengan menggunakan kaedah urutan DNA. Familia
Filoviridae memiliki garis tengah 800 nm, dan pajang mecapai 1000 nm.
Virus Ebola mengandung molekul lurus, bebenang RNA
negatif, yang tidak bersendi. Semua genome virus Filo mempunyai ciri-ciri
serupa, dan mempunyai banyak sisa adenosine dan uridine. Gen virus Ebola
mengandung transkrip urutan tetap pada 3′ dan transkrip urutan terakhir pada
5′. Perbedaan di antara virus Ebola dan virus Marburg adalah, virus Ebola menunjukkan
tiga penumpukan yang berselang di antara turutan antara-gen (intergenetic)
sementara virus Marburg hanya mempunyai satu penumpukan yang kedudukannya
berbeda dengan virus Ebola. Virus Filo secara morfologi menyerupai bentuk virus
rhabdo, akan tetapi virus Filo mempunyai ukuran yang lebih panjang. Apabila
dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, bentuk virus Filo seperti
berfilament (berbenang halus), atau kelihatan bercabang. Terdapat juga virus
yang berbentuk "U", "b" dan berbentuk bundar.
Virus Ebola terdiri dari tujuh polypeptida diantaranya
RNA genome ca. 19.0 kb, yang mencakup Glycoprotein (GP), Nucleoprotein (NP),
RNA-DEPENDENT RNA Polymerase (L), VP35, VP30, VP40, dan VP24.
2.5 Pencegahan Penyebaran Virus Ebola
Penularan awal virus Ebola adalah
melalui kontak dengan hewan terinfeksi yang penyebarannya terjadi secara
langsung dengan penderita. Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk
mencegah dan membatasi penyebaran virus tersebut :
a.
Mencari tahu
tentang virus Ebola sebanyak-banyaknya.
b.
Jika ada
anggota keluarga atau orang di sekitar Anda yang mungkin tertular Ebola, segera
bawa mereka untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit.
c.
Saat menjunguk
penderita di rumah sakit atau berada di sekitar penderita, gunakanlah perlindungan
seaman mungkin. Misalnnya dengan mengenakan masker, sarung tangan, serta
pakaian dan kacamata pelindung.
d.
Selalu mencuci
tangan, terutama setelah terjadi kontak langsung dengan kulit pasien. Termasuk
juga dengan darah, cairan tubuh, dan benda-benda di sekitar pasien.
e.
Jenazah
penderita Ebola harus ditangani dengan perlindungan maksimal dan oleh pihak
yang terlatih dalam menangani kasus sejenis ini.
f.
Hindari
bepergian ke daerah dengan kasus Ebola yang tinggi seperti Afrika Barat.
g.
Jika anda
berasa di daerah yang beresiko menularkan Ebola, hindari kontak dengan
hewan-hewan yang berpotensi menularkannya. Misalnnya kelelawar pemakan buah
atau codot serta monyet.
h.
Memasak daging
hewan sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi
Khusus
untuk petugas medis, ada beberapa langkah pencegahan yang sebaiknnya diambil
untuk meminimalisasi resiko tertular Ebola. Antara lain :
a.
Berhati-hati
saat menangani darah, cairan tubuh, kateter, serta saat memasang infuse pasien.
b.
Gunakanlah
perlindungan secara maksimal, misalnnya dengan mengenakan masker, sarung
tangan, serta baju dan kacamata pelindung.
c.
Senantiasa
mencuci tangan, terutama setelah terjadi kontak langsung dengan kulit pasien.
Termasuk darah, cairan tubuh, dan benda-benda di sekitar pasien.
d.
Sterilkan
peralatan medis sebelum gunakan kembali.
e.
Buang
peralatan medis sebelum digunakan kembali.
f.
Buang
peralatan medis sekali pakai, misalnya alat suntik, secara hati-hati.
g.
Mengisolasi
pasien Ebola atau yang diduga menderitaEbola diruangan khusus dan membatasi
jumlah pengunjung seminimal mungkin
2.6 Cara Pengobatan
Dalam
pengobatan pada gejala
penyakit ebola ini sebenarnya belum ada obat yang 100% dapat
menyembuhkan dengan total, pengobatan yang dilakukan biasanya hanya dengan
antivirus untuk melawan virus menyerang semakin banyak. Penderita biasanya
dirawat di rumah sakit secara intensif dengan obat-obatan yang membantunya
untuk menjaga kondisi tubuh agar masih bisa bertahan dalam melawan virus
tersebut. Pendarahan yang sering terjadi pada penyakit ini, biasanya penderita
akan memerlukan tranfusi darah untuk mengganti darah yang sudah keluar. Karena
penyebaran yang cukup cepat seperti hanya dengan sentuhan kulit, maka
pencegahan yang bisa dilakukan adalah sebisa mungkin untuk tidak kontak secara
langsung dengan penderita, dan jika ada keluarga menderita penyakit ini
sebaiknya dilakukan perawatan di rumah sakit untuk meminimalisir angka
penularan yang terjadi. Dan jika menemukan korban yang meninggal akibat
penyakit ini, diusahakan untuk tidak terjadi kontak secara langsung. Dan selalu
menjaga kesehatan untuk meningkatan selalu sistem kekebalan tubuh untuk menjaga
tubuh dari serangan virus dan bakteri akibat penyakit.
Penderita
penyakit virus Ebola beratmembutuhkan perawatan intensif. Biasanya pasien
mengalami dehidrasi dan membutuhkan cairan infus atau oralit yang mengandung
elektrolit. Saat ini belum ada obat untuk penyakit virus Ebola. Beberapa pasien
sembuh dengan penanganan dan perawatan medis yang tepat. Untuk membantu
mengendalikan penyebaran infeksi penyakit virus Ebola, pasien terduga atau
terkonfirmasi virus Ebola perlu dirawat di ruang isolasi dan fasilitas
kesehatan wajib menerapkan tindakan pengendalian infeksi ketat.
2.7 Rehabilitasi
Rehabilitasi bagi mantan penderita akibat terinfeksi
virus Ebola bisa dilakukan dengan tidak mengasingkan para penderita. Karena
menurut para ahli, sebagian besar kematian yang disebabkan oleh virus Ebola di
sebabkan oleh adanya tekana secara psikologis. Apabila kita mengasingkan dan
menjauhi para penderita atau mantan penderita virus Ebola, justru hal ini akan
semakin memperburuk kondisi kesehatan penderita tersebut. Untuk itulah
diperlukan upaya rehabilitasi yang intensif terhadap para penderita virus Ebola
agar kondisi fisik dan psikologisnya tetap stabil, sehingga akan memberikan motivasi
kepada pasien tersebut untuk secepatnya bisa sembuh dari penyakit yang
disebabkan oleh virus Ebola. Akan tetapi, proses rehabilitasi ini tentunya
harus dilakukan secara hati-hati dan lebih waspada, mengingat virus Ebola bisa
menular dengan sangat cepat dari penderita kepada orang lain melalui kontak.
Rehabilitasi juga sebaiknya dilakukan di tempat yang benar-benar steril, atau
pada ruang isolasi khusus sehingga bisa mengurangi kontaminasi yang bisa
disebabkan oleh virus Ebola.
2.8 Prognosis
Ebola hemorrhagic demam adalah
penyakit yang mematikan. Rentang waktu dari onset gejala sampai pasien
meninggal adalah biasanya antara 2 sampai 21 hari. Pada minggu kedua infeksi,
pasien demamnya akan berkurang atau mengalami kegagalan sistemik multiorgan.
Tingkat kematian biasanya tinggi, dengan tingkat fatalitas kasus manusia yang
berkisar 50-90%, tergantung pada spesies atau strain virus. Penyebab kematian
ini biasanya disebabkan oleh kegagalan multiorgan atau shock hypovolemic.
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Ebola
adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus ebola. Penyakit ini
dikenal dengan Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola Hemorrhagic Fever (EHF).
Terdapat lima macam genus virus ebola penyebab penyakit ini, yaitu Bundibugyo
ebolavirus (BDBV), REstin Ebolavirus, Sudan Ebolavirus (SUDV), Zaire ebolavius,
dan Tai Forest Virus (TAFV) yang dulu dikenal dengan Ivory Coast Ebolavirus
(CIEBOV).
Dalam pengobatan pada gejala penyakit
ebola ini sebenarnya belum ada obat yang 100% dapat menyembuhkan
dengan total, pengobatan yang dilakukan biasanya hanya dengan antivirus untuk
melawan virus menyerang semakin banyak. Penderita biasanya dirawat di rumah
sakit secara intensif dengan obat-obatan yang membantunya untuk menjaga kondisi
tubuh agar masih bisa bertahan dalam melawan virus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Saha, Amit. Ebola
Fever Outbreaks, Impact of Deforestation on Disease Incidence, Interdisciplinary
Disease Education. The
Journal Of Global Health. Fall 2013. PDF
Gatherer, Derek . The 2014 Ebola
virus disease outbreak in West Africa. Division of Biomedical &
Life Sciences, Faculty of Health & Medicine, Lancaster University,
Lancaster LA1 4YQ, UK. Journal of General Virology (2014), 95, 1619–1624.
SATYANAND TYAGI, SACHIN KUMAR AND MOHIT
SINGLA. CLI_ICAL ASPECTS OF EBOLA HEMORRHAGIC FEVER: A REVIEW.
K._.G.D Modi Institute of Pharmaceutical Education & Research, Modinagar,
Uttar Pradesh, India. International Journal of Pharma and Bio Sciences. Vol.1/Issue-3/Jul-Sep.2010. PDF
Prof dr Yoga, Tjandra Aditama, SpP(K),
MARS, DTM&H, DTCE. EBOLA. Badan Litbang Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. Edisi II. 2014
Prof dr Yoga, Tjandra Aditama, SpP(K),
MARS, DTM&H, DTCE. EBOLA. Badan Litbang Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. 2014
Cole, Ernst. EBOLA MANUFACTURED
THREAT. 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar